JAKARTA - Iqbaal Ramadhan diketahui memang sempat menempuh pendidikan di Australia, tepatnya Monash University.
Lantaran hal tersebut, mau tidak mau Iqbaal harus merasakan suka duka berpuasa di negara orang. Menurut Iqbaal, banyak perbedaan ketika menjalankan ibadah puasa di Indonesia dan Australia.
"Kalau di sini (Indonesia) mungkin karena semua orang puasa, kalau sore-sore keluar di jalan banyak takjil, berasa gak sendirian," kata Iqbaal Ramadhan, dikutip dari YouTube Vindes, Senin (3/4/2023).
Ya, mayoritas penduduk Indonesia memang merupakan pemeluk agama Islam. Tak heran apabila suasana Ramadhan begitu kental terasa.
Namun lain halnya dengan Australia, Iqbaal tak mendapat suasana yang sama karena memang muslim di negeri kanguru itu terbilang sedikit.
"Kalau di sana jadi minoritas, garing banget," lanjut bintang film "Mencuri Raden Saleh" itu.
Menjadi minoritas membuat Iqbaal tak bisa 'berbagi nasib'. Tak ada teman untuk mengeluhkan kondisi lapar maupun haus selama seharian berpuasa.
"Terus gak bisa bilang 'gue laper banget', itu kan gak bisa ngomong sama siapa-siapa juga karena gak ada yang ngerti," tutur Iqbaal Ramadhan.
Di samping itu, berpuasa di negeri orang lain dan jauh dari keluarga membuat Iqbaal sadar akan satu hal. Dia semakin menghargai waktu bersama keluarga.
Iqbaal menilai, bisa berbuka puasa dengan keluarga memiliki nilai yang sangat mahal.
"Begitu tinggal sendiri, jauh dari keluarga, beda waktu, ternyata mahal yah punya waktu sama keluarga," ucapnya.
(CLO)