DEPOK – Meski terlihat sangar dengan penampilannya pada acara SERGAP RCTI, rupanya Bang Napi merupakan pria yang baik bahkan penyayang. Inilah yang membuat Artha Rizky, anak bungsu dari Bang Napi merasakan kehilangan sosok Bang Napi alias Arie Hendrosaputro.
Lebih lanjut, Artha menambahkan bahwa almarhum memang terbilang jarang memarahi anak-anaknya. Namun, jika dirasa sudah melampaui batas, barulah Bang Napi memarahinya. Artha bisa berterima kasih kepada sang ayahanda yang telah membersarkannya hingga sampai saat ini.
“Dia tuh baik banget. Kalau di televisi kaya sangar gitu kan, tapi kalau di rumah kebalikannya malah. Papi tuh baik, penyabar, sayang sama kita, jarang marah. Papi kalau marah jika kita udah kurang ajar. Tapi, selain itu dia baik banget udah ngurus kita dari dulu,” tutur Artha Rizky kepada Okezone saat dijumpai di rumah duka kawasan Graha Cinere, Depok, Jawa Barat.
Sementara itu, Abela Salsabila yang merupakan kakak dari Artha Rizky sedikit menceritakan kronologi sebelum sang ayah menghembuskan nafas terakhir. Menurutnya, Bang Napi sempat drop dan meminta untuk dibawa ke Rumah sakit Puri Cinere. Sempat berjalan sedikit, Bang Napi akhirnya masuk ruang gawat darurat.
“Akhirnya pas hari Selasa drop tiba-tiba. Pagi-pagi telefon minta dianterin ke rumah sakit, berarti kan kalau uda minta dianterin ke rumah sakit, itu uda parah banget. Soalnya orangnya kalau sakit diam aja. Terus abis itu uda dibawa ke emergency, masih jalan tuh turun dari mobil sambil saya pegangin,” tambah Abela Salsabila.
Kala itu, keadaan Bang Napi terus menurun lantaran tensi darahnya hanya 70/40. Tak selang beberapa lama keadaan Bag Napi malah bukan membaik dan kembali harus menurun, tensi darahnya yang saat itu menyentuh angka 40/17. Meski sempat dipompa, tetapi nyawa dari Bang Napi tidak dapat diselamatkan dan akhirnya meninggal dunia.
“Pas nyampe di rumah sakit, tensinya turun banget 70/40. Terus gula darahnya 52, padahal normalnya harus 70. 30 menit kemudian turun lagi, dipanggil sama dokter ada penyumbatan di jantungnya gitu lah, terus tensinya turun lagi jadi 40/17. Itu enggak lama, drop lagi kemudian dipompa, enggak ketolong yaudah meninggal,” tutupnya.
Kini, nama Bang Napi hanya tinggal kenangan. Sosok Bang Napi sendiri tidak dapat tergantikan. Apalagi dirinya sempat menjadi sosok ikonik pada masanya.
(aln)