"Kita nungguin sakaratul mautnya, kita mau nyaksiin. Kita ngerasa oh sudah enggak (kritis), masih ada harapan (hidup). Besok orang-orang juga mau lihat lagi (jenguk)," ungkap Natalie Sarah yang ditemui di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Senin (18/9/2017).
"Pas kita semua lupa. Kita pulang. Ruangan kan tadinya penuh ada kita-kita. Aku akhirnya keluar mau beli makan seperti biasa. Jadi yang ada di ruangan saat itu, ada mama yang kritis, adik aku, sama bibi, yang lain sibuk pulang," tambahnya.
Ia melanjutkan, "30 menit kemudian adik WA, mama turun di monitornya. 100,90,80 sampai 15. Biasanya kalau ditelpon gitu aku telpon balik. 'Tungguin aku ya'. Karena mama suka gini, pas kritis, dia suka panik, kesel sendiri gara-gara sakitnya,"
Mendengar sang adik menelpon, dan ia sedang berada diluar dan jauh dari sang ibunda, tentu membuat wanita 33 tahun ini panik. Ia bahkan sempat menyatakan bahwa dirinya ingin berada disamping ibundanya saat berasa dalam masa kritis.
"Aku bilang mama jangan pergi dulunya tungguin aku. Aku mau disamping mama. Aku selalu nenangin mama setiap momen. 'Mama enggak boleh gitu, masa marah-marah'," tuturnya sambil menangis.
"Anak pasti mau mama panjang umur, tapi kalau seandainya dicabut, dipanggil sama Tuhan. Mama enggak boleh panik. Harus kuat. Dia tuh enggak bisa ngomong," sambungnya.