Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Lama Bubar, Oasis Gelar Konser Reuni di Kota Kelahiran

Gilang Patria Ramadhan Baskoro , Jurnalis-Senin, 14 Juli 2025 |15:31 WIB
Lama Bubar, Oasis Gelar Konser Reuni di Kota Kelahiran
Oasis gelar konser di Manchester (Foto: Daily Mail)
A
A
A

MANCHESTER – Kabar menggembirakan datang untuk para penggemar musik Britpop. Setelah lebih dari satu dekade berpisah, band legendaris asal Manchester, Oasis, akhirnya akan menggelar konser reuni di kota kelahiran mereka pada 11 Juli 2025.

Konser ini diadakan di Heaton Park, salah satu lokasi paling ikonik di Manchester. Sebagai bagian dari tur dunia bertajuk Live ’25 World Tour, Oasis dijadwalkan tampil selama lima malam, yaitu pada 11, 12, 16, 19, dan 20 Juli 2025.

Pada malam pembukaan, konser ini diperkirakan akan menarik sekitar 80.000 penonton, menjadikannya salah satu pertunjukan paling dinanti tahun ini 

Dari "Definitely Maybe" ke Puncak Britpop

Oasis dibentuk di Manchester dengan personel utama kakak beradik Liam Gallagher (vokal utama) dan Noel Gallagher (gitar utama, vokal latar, serta penulis lagu utama). 
Formasi awal juga diperkuat oleh Paul "Bonehead" Arthurs (gitar ritme), Paul "Guigsy" McGuigan (bass), dan Tony McCarroll (drum).

Album debut mereka, Definitely Maybe (1994), langsung melejit sebagai salah satu rilisan tersukses dalam sejarah musik Britpop. 

Lagu “Supersonic” menjadi pintu gerbang Oasis ke hati para penggemar. Album ini memecahkan rekor sebagai debut dengan penjualan tercepat di Inggris, meraih delapan kali platinum dan terjual lebih dari 2,4 juta kopi.

 

Pada Oktober 1995, Oasis merilis album kedua, What’s the Story Morning Glory?. Menurut Accio, Album ini menjadi yang paling sukses dalam sejarah karier mereka, dengan penjualan sekitar 22 juta kopi di seluruh dunia. 

Kesuksesan ini menempatkan Oasis sebagai salah satu nama terbesar dalam sejarah Britpop.

Liam vs Noel: Rivalitas Kakak Beradik

Kesuksesan Oasis kerap dibayangi oleh konflik internal antara Liam dan Noel Gallagher. Sejak awal karier, keduanya sering terlibat pertengkaran, baik di atas maupun di balik panggung.

Pada 1994, saat tur di Amerika Serikat, Liam dilaporkan melempar tamborin ke arah Noel karena komentar Noel terhadap personel lain.

Insiden lainnya terjadi dalam konser ikonik di Maine Road pada 1996. Saat itu, ketegangan muncul akibat kesalahan tempo pada lagu “Whatever”, yang menyebabkan Noel menyelesaikan dan menyanyikan lagu tersebut seorang diri. 

Momen ini menjadi salah satu titik panas dalam dinamika mereka sebagai kakak beradik dan rekan satu band. Puncak rivalitas terjadi pada V Festival 2009, ketika konser malam kedua dibatalkan secara mendadak. 

Penampilan pada 22 Agustus 2009 menjadi pertunjukan terakhir Oasis. Meski pihak band menyebut pembatalan disebabkan oleh laringitis yang dialami Liam, Noel membantah dan menuding adiknya mengalami hangover. Perselisihan ini bahkan berujung ke ranah hukum.

Tak lama kemudian, pada 28 Agustus 2009, Noel secara resmi mengundurkan diri:

“It’s with some sadness and great relief to tell you that I quit Oasis tonight.”

Musik Lebih Besar daripada Derby Sepak Bola

Dibesarkan di Manchester sebagai anak dari keluarga imigran Irlandia dan tumbuh bersama ayah yang seorang alkoholik, kehidupan awal para personel Oasis tidaklah mudah. 
Latar belakang kelas pekerja ini banyak memengaruhi karya-karya mereka, termasuk dalam lirik lagu.

Is it worth the aggravation
To find yourself a job when there's nothing worth working for?
It's a crazy situation
But all I need are cigarettes and alcohol!

(Oasis – Cigarettes & Alcohol)

Lagu tersebut menjadi gambaran nyata kehidupan kelas pekerja yang lelah dengan narasi tradisional tentang “kerja keras demi masa depan yang lebih baik.” 

 

Musik Oasis berbicara langsung kepada mereka yang tumbuh dalam lingkungan serupa.

Kedekatan Noel Gallagher dengan Partai Buruh Inggris, khususnya dengan tokoh seperti Tony Blair, serta kecintaannya terhadap klub Manchester City, semakin menguatkan posisi Oasis sebagai simbol kebanggaan kelas pekerja Manchester (Irish Times).

Konser reuni Oasis tidak hanya penting bagi para penggemar, tetapi juga memiliki makna budaya yang mendalam bagi kota Manchester. Kota ini dikenal sebagai rumah bagi dua ikon Britpop: Oasis dan The Stone Roses.

Meski Oasis sangat identik dengan Manchester City, lagu-lagu mereka memiliki daya tarik lintas klub dan generasi. Lagu seperti “Wonderwall” kerap diputar di Stadion Etihad dan tetap disambut hangat, bahkan oleh penggemar klub rival.

Nigel Rothband, host The Man City Show, mengatakan:

“Wonderwall sering diputar di Etihad. Noel adalah fans sejati, dan musik Oasis punya ikatan emosional yang kuat dengan fans City. Tapi saya rasa tidak ada kebencian dari fans United.”

Gaz Drinkwater, reporter Manchester United untuk BBC Radio Manchester, menambahkan:

“Salah satu dari sedikit hal yang lebih besar dari sepak bola di kota ini adalah musik, dan Oasis adalah bagian penting dari itu. Musik mereka menyatukan generasi dan latar belakang berbeda.”

“Ayah saya penggemar berat mereka, dan saya sendiri belajar gitar karena Oasis. Saya bahkan pernah membawa foto Noel Gallagher ke tukang cukur dan meminta potongan rambut seperti dia!”

 

Akankah Reuni Ini Berjalan Mulus?

Meskipun konser reuni ini disambut antusias oleh jutaan penggemar, potensi konflik tetap menjadi kekhawatiran utama—terutama terkait hubungan profesional dan finansial antara Liam dan Noel Gallagher.

Sejauh ini, tur reuni Oasis mendapat sambutan sangat positif dari publik. Bahkan, mereka mengundang Richard Ashcroft dari The Verve untuk tampil dalam beberapa pertunjukan.

Pengumuman reuni ini pertama kali dibagikan melalui unggahan video di akun Instagram resmi Oasis:
 
Unggahan tersebut menjadi pengumuman resmi kembalinya Oasis sebagai band, dan langsung viral dengan lebih dari 2 juta likes serta 60 ribu komentar. Meski begitu, tak sedikit penggemar yang merasa khawatir konflik lama akan terulang kembali.

Menurut laporan Hit Channel, Liam dan Noel diperkirakan akan menerima bayaran sekitar £3 juta. Namun, pembayaran tersebut hanya akan dilakukan setelah mereka menyelesaikan seluruh 33 pertunjukan dalam rangkaian tur.

Media The Sun, mengutip Gaby Cartwright dari Live Music Industry Venues and Entertainment Association, menegaskan pentingnya keberhasilan tur ini:

“Terlalu banyak uang yang dipertaruhkan. Semua pihak punya kepentingan agar tur berjalan lancar. Jika tidak, ratusan orang akan terdampak.”

Konser skala besar seperti ini biasanya melibatkan berbagai pihak: agen artis, promotor, kru teknis, humas, manajemen, transportasi, logistik, dan banyak lagi. 

Jika tur gagal, dampaknya akan dirasakan oleh seluruh ekosistem industri musik.

(kha)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita celebrity lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement