"Warungku itu jual Nasi Tempong khas Banyuwangi. Orang sana bilang, sambalnya harus pakai tomat rantai, tomat khusus yang bentuknya kayak belimbing. Awalnya aku datengin dari sana, tapi kalau datang terlambat, tomatnya bisa busuk. Jadi untuk antisipasi, aku nanam sendiri," jelas Isa.
Isa bahkan mengolah sendiri sambal tempongnya. Ia merasa bersyukur karena banyak pelanggan yang menyukai hasil racikannya. "Yang nyambel aku sendiri, ngulek manual. Enggak pernah kebayang, dulu sibuk kerja di dunia hiburan, sekarang malah ke pasar, berkebun, dan ngulek sambal. Tapi ternyata aku enjoy, dan Alhamdulillah, banyak yang suka," tambahnya.
Meski jauh dari gemerlap kota, Isa merasa lebih damai menjalani hidup di Magetan. Konsep slow living bersama keluarga tercinta membuatnya lebih bersyukur. Keputusan pindah ke Magetan juga didukung oleh istrinya, terutama saat Isa harus sering bolak-balik Jakarta-Magetan untuk merawat sang ibu.
"Istri dan anak-anak enggak protes. Bahkan, istriku yang menyarankan pindah ke Magetan supaya aku lebih fokus ke keluarga dan ibuku waktu itu," kata Isa.
(aln)