Machita juga menceritakan bahwa Ia membesarkan Iqbal dengan keadaan yang tidak adil, karena Ia dan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Moerdiono hanya sah secara agama namun tidak diakui oleh negara.
“Makanya saya berjuang supaya anak saya ini bisa mendapatkan akte kelahirannya. Karena kan di akte kelahiran di situ cuma atas nama saya,” ucapnya.
Machica berjuang hingga ke Mahkamah Konstitusi (MK), kemudian dikabulkan. Namun, tetap tidak bisa diberlakukan kepada anaknya, Iqbal, dikarenakan lahir pada tahun 1996, sedangkan putusan MK yang disahkan pada tahun 2011.
Machica juga merasa kesulitan dan tidak adil ketika akan mendaftarkan anaknya ke sekolah karena tidak adanya akte kelahiran tersebut.
Dalam acara Rakyat Bersuara, Iqbal pun sempat membacakan surat keresahannya dalam “Tragedi 22 Agustus 2024”. Dalam surat tersebut, Iqbal menyampaikan bahwa Ia memang anak dari seorang jenderal dan pejabat tinggi pada masa orde baru, namun Ia lahir dari seorang perempuan yang penuh dengan perjuangan.