JAKARTA - Pekerjaan Iko Uwais sebelum terkenal menarik untuk dibahas. Pasalnya, dia pernah menjadi sopir di salah satu perusahaan telekomunikasi sebelum akhirnya sukses menjadi aktor laga yang dikenal hingga ke kancah internasional.
Kala itu, Iko yang sudah menjadi atlet pencak silat tersebut membutuhkan uang sehingga nekat melamar pekerjaan tanpa adanya pengalaman. Ia bahkan hanya memiliki modal Surat Izin Mengemudi (SIM) untuk melamar pekerjaan sebagai sopir, mengingat dia hanya tamatan SMA dan tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Saat melamar pekerjaan sebagai sopir, Iko pun mengaku sengaja datang pagi hari ke perusahaan tersebut dengan pakaian rapi untuk bertemu kepala pool. Sayang, aktor 'Merantau' (2009) itu diminta untuk kembali datang usai jam makan siang.
"Nah, habis makan siang udah berantakkan dong. Lengan baju digulung dan kancing kerah dibuka, pake kalung besi pula," ujarnya.
Melihat penampilannya seperti 'preman' membuat kepala pool perusahaan heran dan sempat meragukannya. Namun, Iko Uwais akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai sopir meski tanpa pengalaman.
"Akhirnya jadi sopir shuttle tapi daerah Kuningan aja selama sebulan," lanjutnya.
Sebulan bekerja, keberuntungan seolah menghampiri aktor kelahiran 1983 itu. Iko Uwais mendapat tawaran mewakili Indonesia dalam ajang kejuaraan pencak silat UK Open di Inggris.
Ayah dua anak itu kemudian menerima tawaran tersebut. Iko Uwais pun meminta izin kepada kepala pool perusahaannya. Namun, kepala pool justru tidak percaya jika Iko Uwais mewakili Indonesia dalam ajang pencak silat tingkat internasional.
"Saya minta dispensasi itu aja dianggap remeh. Pas dapat dispensasi dari KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), dia kaget dan tidak percaya," tutur Iko Uwais.
Rupanya, hal itu juga membawa keberuntungan terhadap pekerjaannya sebagai sopir shuttle bus. Sepulangnya mengikuti kejuaraan pencak silat di Inggris, Iko Uwais pun diangkat menjadi Operations Management (OM).
Kerap mendapat tugas ke luar kota membuat suami Audy Item ini mampu berkeliling Indonesia selama dua tahun, ketika menggeluti pekerjaan tersebut.
"Naik status dari sopir shuttle ke OM. Itu cuma 2006 sampai 2008 lah," ujar Iko Uwais.
Selesai menjalankan kontrak kerja di 2018, Iko Uwais pun langsung menerima tawaran Gareth Evans, sutradara film yang aktif di perfilman Indonesia. Kala itu, Garent sedang melakukan riset tentang silat di Jakarta untuk film dokumenternya.
"Dia (Gareth) datang ke perguruan tinggi gue. Dia nanyain ke gue kerja di mana dan kapan kontrak gue habis karena gue kan kerja outsourcing. Gue bilang 2008 baru beres. Dia ngajak syuting. Gue mikirinnya kan cuma bikin koreo atau apa gitu ya. Gue bilang oke,” ujar Iko Uwais di kanal YouTube WOI! milik Wendy Cagur.
"Tapi gue bilang, gue enggak punya pengalaman sama sekali di dunia film. Tapi dia percaya karena selama buat dokumenter dia lihat gue kan. Nah itu jadi film pertama gue. Dua tahun kemudian tadinya kita mau bikin film Berandal. Gue bikin koreo dengan Kang Yayan (Ruhian) dan jadilah film The Raid,” ujar Iko lagi.
Bukan tanpa sebab Iko pun merasa percaya diri saat menerima tawaran tersebut. Sebab, ia memang memiliki dasar di dunia seni bela diri, khususnya silat.
Diketahui Iko pernah berguru di perguruan pencak silat Tiga Berantai di Percetakan Negara, Jakarta. Iko mengatakan bahwa dirinya sudah bergabung di perguruan silat itu sejak berusia 10 tahun.
Dari situlah karier Iko sebagai aktor laga perlahan-lahan dimulai. Film pertamanya adalah Merantau (2009) yang juga merupakan karya Gareth Evans. Iko kemudian mengundurkan diri dari pekerjaan sopirnya dan memilih bekerja bersama Gareth Evans.
Nama Iko Uwais melambung setelah memainkan The Raid (2012) dan The Raid 2 : Berandal (2014). Sedangkan karier internasionalnya meledak setelah bermain di Star Wars : The Force Awakens (2015) sebagai Razoo Qin Fee.
(van)