JAKARTA – Pakar kuliner “Pokoe maknyus!” Bondan Winarno meninggal dunia Rabu (29/11/2017) pukul 09.05 WIB di RS Harapan Kita Jakarta. Kematiannya menghentikan perjalanan panjang karier dan kontribusinya untuk negeri dan masyarakat.
Maka, wajar saja jika kematiannya membuat banyak pihak sedih, bahkan bagi yang tidak berhubungan langsung dengannya. Ucapan-ucapannya sering mengena di hati dengan pembawaannya yang kalem nan ramah.
Baca Juga: Penuhi Keinginan Terakhir, Keluarga Siap Kremasi Jenazah Bondan Winarno
Tetapi, rupanya kehidupan Pak Bondan jauh lebih luas dari sekadar pakar kuliner, lho! Penasaran? yuk simak sekilas perjalanan hidupnya yang penuh lika-liku ini!
Pak Bondan lahir di Surabaya, 29 April 1950. Selama bersekolah, ia aktif berkegiatan sebagai anggota Pramuka dan aktif dalam bidang aeromodelling. Tapi, ibunya ingin Pak Bondan jadi dokter atau insinyur. Maka, cowok yang nantinya menjadi pria tiga anak ini berkuliah di Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro, Semarang.
Di tengah kuliah, Pak Bondan sudah membangun karier sebagai jurnalis. Pak Bondan memulainya sebagai fotografer untuk Puspen Hankam. Selepas itu pada 1970, Pak Bondan berpindah-pindah kerja di bidang yang sama, dan bahkan sempat mendapat pekerjaan di Kenya, Afrika. Pekerjaan di Kenya ini yang nantinya menjadi cerpen bertajuk Gazelle, yang memenangkan hadiah pertama lomba penulisan cerpen majalah Femina pada tahun 1984.
Menulis memang sudah jadi hobi Pak Bondan sejak berusia 9-10 tahun, dan ini terus berjalan hingga tulisannya sudah dimuat di banyak media cetak nasional hingga Asian Wall Street Journal. Tulisan yang diciptakan Pak Bondan berkisar dalam tema cerita anak-anak, cerpen, novel dan buku-buku tentang manajemen.
Hobi menulis membawa Pak Bondan menjadi redaktur kepala majalah SWA pada 1984-1987. Lalu, ia menjadi konsultan untuk Bank Dunia di Jakarta. Tak lama menyelesaikan kerjanya sebagai konsultan, ia menjadi direktur eksekutif dari sebuah organisasi pelestarian lingkungan. Pada 2001-2003 ia menjadi pemimpin redaksi harian Suara Pembaruan.
Namun, namanya di bidang kuliner baru dimulai pada 1987 hingga 1994, saat Pak Bondan beralih menjadi pengusaha dan menjabat sebagai Presiden Ocean Beauty International, sebuah perusahaan makanan laut yang berbasis di Seattle Washington, Amerika Serikat. Dari sana, namanya baru mulai dibangun sebagai seorang pakar kuliner hingga membintangi acara Wisata Kuliner, yang meroketkan namanya dengan tagline khas berbunyi “Pokoe Maknyus!”. Namanya mulai dikenal di antara para chef, antara lain Sisca Soewitomo.
Usut punya usut, Pak Bondan disebut sudah sakit sejak 2005. Di tahun itu, ia masih aktif memandu acara yang meroketkan namanya itu. Namun, ia baru mengaku sakit di laman Facebook komunitas Jalansutra, yaitu komunitas wisata boga yang ia rintis. Penyakitnya itu berhubungan dengan jantung, dan sempat meminta maaf karena berita penyakitnya itu baru diungkap. Sekira enam minggu sebelum meninggal dunia, ia kembali mengaku tengah menjalani operasi lantaran katup aortanya bocor yang berujung pada aritmia, atau degup jantung tak beraturan.
"Mohon maaf bila selama beberapa hari ini saya menyembunyikan sebuah rahasia besar dari Anda semua. Saya ceritakan sejak latar belakangnya," tulis Bondan.
Baca Juga:Sebelum Meninggal Dunia, Saksi Lihat Bondan 'Maknyus' Pakai Kursi Roda
Sampai saat ini, kabar terakhir yang diterima Okezone terkait dengan penyebab kematian Bondan adalah masalah irama jantung atau aritmia. Kondisi tersebut pun belum dapat diketahui langsung sudah sejak kapan ia derita.
Kabar kematian Pak Bondan disebarkan salah satu rekan sekaligus pakar kuliner, Arie Parikesit. Berita yang ia sebarkan melalui Twitter kemudian ia benarkan melalui sambungan chat WhatsApp kepada awak media. Rencananya, jenazah akan dibawa ke rumah duka di kawasan Sentul, Jawa Barat pada siang ini. Namun sampai saat ini, belum ada informasi terkait pemakanan dari Bondan Winarno.
Selamat jalan Pak Bondan Winarno.
(kem)