JAKARTA – Ray Sahetapy angkat bicara seputar kasus kekerasan rumah tangga yang dialami Tiga Setia Gara. Lantaran aktor kawakan ini terbilang dekat dengan Tiga Setia, usai perempuan itu memanggil Ray dengan sebutan papa.
“Saya kenal dia (Tiga Setia Gara) delapan tahun lalu saat kami kerja sama untuk film tapi dibatalkan. Hubungan kami baik dan dia panggil saya papa, sampai kami ketemu lagi di film Keira setahun lalu,” kata Ray saat dihubungi Okezone pada Senin (16/9/2019).
Baca juga: Sebelum Disiksa Suami, Tiga Setia Gara Rayakan Ulang Tahun Pernikahan
Ray Sahetapy yang sudah menganggap Tiga Setia Gara sebagai anak itu menyayangkan perbuatan yang dilakukan suaminya. Meski begitu, mantan suami Dewi Yull ini enggan ikut campur terlalu jauh terhadap masalah Tiga Setia.
“Saya kaget betul dengan laporan dari sekretaris bahwa Tiga Setia Gara mengalami kejadian tersebut. Sudah dihubungi sejak tadi siang, tapi belum ada respons,” jelas Ray.
Walaupun Ray Sahetapy belum mendapatkan kabar langsung dari Tiga Setia, namun ia terus mengupdate melalui media sosial.
“KJRI sudah turun tangan untuk membantu, ya ini masalah anak bangsa yang harus mendapat perhatian dan dibantu pihak terkait,” jelas Ray.
Baca juga: Lucinta Luna Bisnis Kopi, Netizen Kritik Nama Brandnya
Ray Sahetapy menjelaskan jika komunikasi dengan Tiga Setia Gara terjadi pada dua minggu lalu. Saat itu, perempuan yang juga berprofesi sebagai penulis buku menceritakan tentang kondisi kakinya.
“Kami ngobrol dan dia cerita kalau kakinya sakit. Tapi waktu itu hanya bilang terjatuh dan tidak menceritakan apa-apa soal suaminya,” kata Ray.
Dalam percakapan tersebut, Ray menambahkan jika Tiga Setia Gara juga mengungkapkan keinginan bertemu Surya Sahetapy yang kini ada di New York. “Belum sempat bertemu sudah seperti ini kejadiannya,” imbuh Ray.
Aktor 62 tahun itu berharap jika Tiga Setia Gara bisa kembali ke Indonesia dan mendapat perlindungan hukum. Dalam kisahnya, Tiga Setia sempat tidak dipercaya polisi setempat lantaran dianggap terlalu mendramatisir cerita.
“Kalau dirasa pulang (Indonesia) lebih baik untuknya, itu harus dilakukan secepatnya. Kalau kekerasan seperti ini bukannya sudah melanggar HAM?,” tegas Ray.
(sus)