LOS ANGELES - Janet Jackson mungkin selalu terlihat tersenyum dan berbahagia saat tampil di depan para penggemarnya. Namun, seperti artis lainnya, ternyata dia juga pernah merasakan masa-masa depresi berat sepanjang kariernya menjadi seorang penyanyi.
Janet bercerita bagaimana dia pernah mendapatkan masa-masa terberat dalam hidupnya. Kala itu, dia tengah berusia 30 tahun, dan harus menghadapi masa depresi berat yang dikarenakan berbagai hal, termasuk masalah pekerjaan dan juga diskriminasi.
"Saat itu adalah tahun-tahun yang sulit, ketika saya berjuang dengan depresi. Saya berjuang dengan keras. Saya bisa menganalisis sumber depresi saya selamanya. Harga diri yang rendah mungkin berakar pada perasaan rendah diri di masa kecil. Itu bisa berhubungan dengan kegagalan untuk memenuhi standar yang sangat tinggi,” jelas Janet seperti dikutip dari laman E! Online.
(Baca Juga: Selalu Gagal Membina Hubungan, Paula Verhoeven Sempat Dicuekin Keluarga Baim Wong)
(Baca Juga: Shawn Mendes Restui Hubungan Hailey Baldwin dan Justin Bieber)
“Dan tentu saja selalu ada masalah-masalah kemasyarakatan rasisme dan seksisme. Taruh semuanya bersama dan depresi adalah kondisi yang keras dan menakutkan. Untungnya, saya menemukan jalan saya melaluinya," lanjutnya.
Dia berhasil meloloskan diri dari depresinya setelah dia menemukan kebahagiaan yang sebenarnya. Salah satunya adalah saat Janet pertama kali bertemu dengan anaknya, Eissa.
“Kebahagiaan tertinggi saya adalah pada saat menggendong bayi lelaki saya di pelukan saya dan mendengar suaranya, atau ketika saya melihat matanya yang tersenyum dan melihatnya menanggapi kelembutan saya," katanya kepada para penggemarnya.
"Ketika saya menciumnya. Ketika saya menyanyikan dia dengan lembut untuk menemani tidurnya. Selama masa-masa sakral itu, kebahagiaan ada di mana-mana. Kebahagiaan adalah rasa syukur kepada Tuhan. Kebahagiaan adalah mengatakan, 'Terima kasih, Tuhan, untuk hidupku, energi dan kemampuanku untuk menumbuhkan cinta’,” tegasnya.
Tak ketinggalan, pemegang beberapa penghargaan Grammy tersebut juga menceritakan kebahagiaannya ketika masih menjadi anak-anak. Dia sangat senang ketika para saudaranya pulang dan mereka bisa bercengkrama di rumah.
"Saya senang ketika saudara-saudara saya pulang dari pertunjukan di jalan. Saya senang ketika ibu saya mencurahkan saya dengan cinta,” paparnya.
Meski begitu, ada satu hal yang membuat masa kecilnya tidak bahagia. Hal tersebut adalah warna dari kulitnya. “ Tapi saya tidak senang dengan penampilan saya," ujarnya
Dalam masa remajanya, Jackson menulis bahwa kebahagiaannya datang ketika orang-orang memintanya untuk tampil, tetapi dia paling bahagia ketika dia dapat menyenangkan orang lain dan bukan dirinya sendiri.
(aln)