JAKARTA – Spongebob bukan satu-satunya tokoh yang dihidupkan oleh Santos, panggilan akrab dubber tersebut. Dalam kurun delapan tahun terakhir, dia dipercaya mengisi suara Suneo dalam kartun Jepang Doraemon.
Begitu pula suara Ryuzo Tanokura dari serial Oshin yang tayang ulang beberapa tahun silam, Elmo dari Sesame Street, narator di Chibi Maruko Chan, Popeye, Li Syaoran dalam Cardcaptor Sakura dan Sang Hyeok dalam drama Korea Winter Sonata.
Namun sekian banyak karakter, ternyata Spongebob Squarepants menyisakan kesan mendalam.
"Proses kastingnya tidak biasa," kata Santos di kediamannya beberapa waktu lalu.
Awalnya tokoh Spongebob diisi oleh orang lain, namun pihak Nickelodeon rupanya tidak puas setelah satu episode selesai disulih suara.
Santos pun diminta untuk kasting dadakan dan hanya punya waktu sekian jam untuk menciptakan suara semirip mungkin dengan tokoh spons kuning ikonik versi asli.
"Jam 12 malam saya dipanggil untuk kasting, besok harus tayang," kata pria kelahiran 12 Juni 1974 itu.
Tantangan mengisi suara Spongebob Squarepantas adalah dialog yang harus diucapkan dengan kecepatan tinggi. Santos juga kerap harus merangkum dialog yang panjang agar sesuai dengan durasi Spongebob membuka mulut sehingga terdengar selaras.
"Kalau menuruti terjemahan sesungguhnya panjang banget. Kadang lipsync sedikit, padahal kalimatnya panjang karena bahasa Inggris kan berbeda dengan Indonesia," katanya.
Selain itu, dialog Spongebob berisi lelucon yang harus dipahami sebelum membuat penonton tertawa. Ia dituntut untuk menyampaikan dalam bahasa Indonesia tanpa mengurangi kelucuan dan esensi lelucon tersebut.
"Spongebob itu film cerdas yang harus mikir. Makanya penerjemah juga harus cerdas, kadang joke luar negeri dan Indonesia beda, tapi bagaimana caranya biar bisa sampai ke penonton di sini," katanya.
Ketertarikannya di dunia suara sudah disadari sejak masih belia. Santos senang meniru suara penyiar radio, pembawa acara berita, iklan hingga film yang berseliweran di televisi. Bahkan dialog film yang berkesan pun dihapalnya di luar kepala.
"Saya suka mendengarkan Dunia Dalam Berita, lalu meniru suara tokoh-tokoh, misalnya Harmoko (mantan Menteri Penerangan era Presiden Soeharto)," katanya.
"Saya mendengarkan sandiwara radio, jadi mengkhayal sendiri, sampai saya dandan seperti pendekar, dialog-dialognya saya hafal," katanya.
Koleksi Suara Variasi suara adalah daya tarik seorang dubber. Santos pun selalu menambah koleksi suara dengan mendengarkan berbagai suara.
Misalnya suara Barney yang besar berasal dari perut.
Suara yang bersumber dari dada bisa menghasilkan suara menawan. Ia menyebutnya "suara ganteng," yang cocok untuk karakter pria menawan atau mengisi narasi.
Mengeluarkan suara dari leher bisa menghasilkan bunyi geraman atau serak yang cocok untuk karakter monster atau tokoh menyeramkan.
"Suara kecil yang lembut, kayak suara anak kecil, sumbernya dari mulut," kata salah satu pemeran dalam pentas teater "Terdakwa".
Memperbanyak koleksi suara harus terus dilakukan meskipun ia sudah malang melintang di dubbing.
Dubber harus fleksibel dan menguasai semua suara, itu daya jualnya, kata pria yang sudah jadi dubber selama dua dekade itu.
Santos punya keinginan untuk memasukkan unsur Indonesia di setiap sulih suara. Prinsipnya adalah tidak mengikuti secara persis versi aslinya, tetapi menyesuaikannya dengan Indonesia.
"Kebanyakan dubber terbawa dengan intonasi atau tekanan asli dari video yang ia dubbing," kata pria yang juga aktif menjadi narator.