Mencari dan membuat solusi atas masalah yang terjadi, itulah yang disebut dengan kreatif. Erix Soekamti, musisi dan motor di grup musik Endank Soekamti menyadari betul hal itu. Untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi ia menggunakan daya kreatif yang dimiliki. .
Menurutnya untuk menjadi seorang creativepreneur jangan banyak mikir. Lakukan saja. Karena ketika kita melakukan itu, kita akan kepentok dengan banyak masalah. Disitulah seseorang akan menjadi kreatif. Dan untuk para start up muda, jangan terlalu mengandalkan investor.
“Kalau bisa berdiri sendiri, berdiri sendiri lah. Kalau tetap berpikiran akan ada investor masuk, itu sama saja enggak bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan” tuturnya, seperti dikutip dari KRjogja, Kamis (8/12/2016).
Erix mengaku, mampu memecahkan masalah melalui ide kreatifnya. Dengan menggunakan ide untuk mencari solusi dengan runtutan seperti identitas, ide, kreatifitas dan inovasi. Berawal dari identitas, mengenal diri sendiri dengan segala potensi sehingga bisa mengetahui apa yang harus dilakukan.
Kedua, ide, dimana menggunakan identitas untuk membuat gagasan. Ketiga, kreatifitas, menggunakan ide untuk memecahkan solusi. "Keempat, menggunakan kreatifitas untuk menciptakan peluang baru," ujar dia.
Menurut Erix, hal itu pula yang ia lakukan dengan membentuk DOES University yang merupakan solusi dari masalah yang terjadi pada diri Erix pribadi. Dimana Ia merasa kecewa dengan sistem kurikulum di sekolahnya dulu.
Kemudian, ia berniat membuat sekolah informal dengan kurikulum yang disukai oleh para peminatnya. Dibentuklah DOES University yang namanya diambil dari film dokumenter Erix, Diary of Erix Soekamti.
“DOES University adalah sekolah bakat gratis. Mengajarkan murid-murid yang pengen diajari, dengan apa yang mereka suka. Belajar dari pengalaman sebelumnya, bahwa apa yang kita suka itu akan cepat sekali dipahami,” ujar Erix.
Does University berdiri sejak 16 Desember 2015. Sekolah informal gratis ini bergerak pada bidang animasi. Para pengajar yang dipilih merupakan para tenaga kerja yang memang relevan di bidang industri. Hingga saat ini, sudah terdapat 58 murid yang bergabung.
Mereka tidak hanya berasal dari Yogya saja, melainkan ada dari Kalimantan, Makassar dan Jakarta.
“DOES University didirikan berdasarkan kebutuhan industri yang ada. Cenderung melihat serapannya terlebih dahulu. Kesempatan yang dibuka pertama kali adalah di bidang animasi,” ceritanya.
Hal tersebut dilakukan oleh Erix sebagai kerja nyatanya, untuk menghasilkan sumber daya manusia yang ke depannya mampu memberikan dampak bagi orang-orang di sekitar.
“Kami ingin berkonstribusi nyata untuk membuat SDM-nya. Sehingga nanti sumber daya itu menjadi animator-animator yang bisa langsung kerja. Kalau pun enggak bekerja, nanti akan membuka lapangan kerja sendiri. Dari tidak bisa, menjadi mandiri dalam bekerja. Merdeka dalam berkarya,” ujar dia.
(fds)