BANDUNG - Maraknya film-film barbau pornografi yang terkesan norak, turut menggelitik sineas muda berbakat Indonesia Garin Nugroho.
Menurutnya, kondisi ini terjadi karena memang hingga saat ini ruang publik hiburan Tanah Air masih belum sehat, dan permintaan pasar akan film-film seperti itu masih tinggi. Namun, dia optimis dengan kehadiran sineas-sineas muda saat ini bisa memerbaiki kultur hiburan di Indonesia.
Tidak bisa dipungkiri, saat ini dunia perfilman Indonesia dijejali oleh film-film horor, dan film berbau pornografi dan pornoaksi. Sebut saja Pocong Mandi, Pocong Tali Perawan, dan sederet judul film yang terkesan norak dan dipaksakan hanya untuk memenuhi permintaan pasar.
Ditemui di sela-sela pemutaran perdana filmnya berjudul Soegija di Teater XXI Ciwalk Bandung, Jawa Barat. Sineas muda berbakat Garin Nugroho berkomentar, kondisi ini terjadi karena hingga kini ruang publik hiburan film indonesia masih belum sehat.
Tidak hanya di Indonesia, film-film serupa banyak ditemui di negara-negara lain, hanya saja penontonnya tidak sebanyak di Indonesia. Jika dulu film esek-esek ini hanya diputar di bioskop-bioskop kelas bawah, maka kini sudah merambah Cinema 21, karena bioskop-bioskop kecil saat ini sudah mati, sehingga film-film seperti ini terus mencari pasarnya.
"Saya yakin perfilman Indonesia tengah menuju arah yang lebih baik dengan bermunculannya sineas-sineas muda yang menyuguhkan film-film yang mengandung pesan moral, dan memang layak untuk ditonton," katanya.
Sementara itu, terkait kontroversi Dewi Persik dan Mr Bean yang akhir-akhir mencuat, Garin mengaku tidak mengetahui duduk permasalahan yang sebenarnya.
Dia pun tidak mau berkomnetar banyak akan dugaan kebohongan publik yang dilakukan produser film Mr Bean Kesurupan Depe, KK Deeraj.
(nsa)