Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Studio 'Sang Pencerah' Belum Bisa Saingi Hollywood

Elang Riki Yanuar , Jurnalis-Kamis, 12 Agustus 2010 |12:23 WIB
Studio 'Sang Pencerah' Belum Bisa Saingi Hollywood
Film Sang Pencerah. (Foto: Ist)
A
A
A

JAKARTA - Film tentang Sang Pencerah menghabiskan dana Rp12 miliar. Dana sebesar itu lebih banyak dimakan untuk biaya produksi. Studio yang dibangun untuk syuting belum bisa menyaingi studio Hollywood.

“Kita itu harus membangun satu set yang menggambarkan Kota Yogyakarta pada zamannya Ahmad Dahlan di sekitar tahun 1900. Lalu bagaimana kita set kota Jogja itu di sekitar tahun 1924, termasuk bangunan mesjid besar,” papar sutradara Sang Pencerah, Hanung Bramantyo saat pemutaran trailer film ini di Foodism, Plaza FX, Senayan, Jakarta, Rabu (11/8/2010).

Diakuinya, untuk film sebesar itu memang harus membangun sebuah studio yang cukup besar, yang kelasnya sama dengan studio Hollywood.

“Jadi ada laha, terus kita bangun. Tidak bisa menggunakan setting yang sudah ada,” imbuh suami Zaskia Adya Mecca ini.

Akan tetapi, kata Hanung, jika ingin membangun setting lokasi seperti yang diinginkan akan menelan biaya dua kali lipat dari Rp12 miliar. Nah, biaya yang terbatas itu diakali dengan banyaknya retouching dari setting lokasi yang sudah tersedia.

“Tapi sebenarnya budget besar itu juga karena adanya atau banyaknya retouching. Jadi ada rumah tua, kita tuain lagi,” terangnya.

Begitu juga kampung yang sekarang sudah maju, diretouch lagi dan dibuat seperti zaman 1900an. “Misalnya marmer, kita bikin sedemikian rupa jadi terlihat lantai tanah,” terang Hanung.

Dia pun berseloroh kalau penggarapan film ini justru pada intinya datang untuk mengacak-acak salah satu kampung di Jogja. Biaya produksi memang lebih besar dikeluarkan untuk pembiayaan setting dan kostum.

“Karena kostum itu membuat ulang, seperti misalnya jarik,” terangnya.

Jarik atau kain panjang sengaja didesain khusus untuk film Sang Pencerah. Pasalnya, kata Hanung, jarik yang ditampilkan harus sesuai dengan motif yang memang dikenal pada 1900an.

“Jarik yang untuk film ini kita enggak bisa misalnya pesan dari desainer batik. Di sini pemain hanya bawa badannya. Kita membuat ulang jarik, kita pesan jarik atau batik yang seperti tahun 1900an,” paparnya.

Termasuk perlengkapan sorban yang sengaja dibuat sendiri untuk keperluan syuting. “Jadi dibikinin semuanya. Sorbannya juga dibuat semua sendiri,” pungkas Hanung.

Film Sang Pencerah memulai syuting pada 20 Mei 2010. Rencananya film ini akan dirilis usai lebaran. Film ini dinilai bukanlah film dakwah yang menggurui.

Ketua umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin mendukung penuh baik secara pribadi maupun institusi Muhammadiyah, pembuatan film ini. Bahkan film tersebut tidak hanya ditunggu warga Muhammadiyah di Indonesia, namun juga seluruh dunia.

Ada banyak aktor dan tokoh yang memperkuat film ini, seperti Lukman Sardi (pemeran KH Ahmad Dahlan),  Zaskia Adya Mecca (Nyai Ahmad Dahlan), Ikranegara (Kyai Abu Bakar), Sujiwo Tejo, Giring (KH Sudja, murid KH Ahmad Dahlan), dan sejumlah artis pendukung lain seperti Joshua Suherman yang berperan sebagai tokoh Hisyam muda.  Beberapa budayawan juga terlibat semisal Sitok Srengenge, Bambang Paningron, dan Bondan Nusantara.

(nov)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita celebrity lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement