Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Harmoni Zaman 70-an: Upaya Kemenbud Lestarikan Karya Bersejarah Musik Indonesia

Rizqa Leony Putri , Jurnalis-Selasa, 01 Juli 2025 |15:23 WIB
Harmoni Zaman 70-an: Upaya Kemenbud Lestarikan Karya Bersejarah Musik Indonesia
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menghadiri pentas musik Harmoni Zaman 70-an. (Foto: dok Kemenbud)
A
A
A

JAKARTA – Setelah sukses menggelar “Harmoni Zaman 60-an” dan Edisi Spesial Elvy Sukaesih, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia kembali menghadirkan pentas musik “Harmoni Zaman 70-an” sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi kepada para musisi dan penyanyi legendaris Indonesia yang berjaya pada era 1970-an.

Acara yang berlangsung di Golden Ballroom, The Sultan Hotel and Residence Jakarta ini menjadi salah satu upaya nyata Kementerian Kebudayaan dalam memperkuat ekosistem musik nasional serta melestarikan karya-karya bersejarah yang telah mewarnai perjalanan musik Indonesia.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang hadir secara langsung dalam acara tersebut menyampaikan apresiasinya kepada para musisi legendaris yang telah memberikan kontribusi besar dalam perkembangan musik Tanah Air, yakni Panbers, Black Selection, The Rollies, dan The Mercy’s Band.

“Harmoni Zaman 70-an ini adalah sebuah rangkaian dari upaya Kementerian Kebudayaan untuk mengapresiasi para musisi, para penyanyi, grup band yang telah memberikan kontribusi yang nyata dalam perjalanan musik Indonesia,” katanya.

Menbud juga menekankan pentingnya kegiatan seperti Harmoni Zaman 70-an sebagai jembatan antargenerasi.

"Melalui Harmoni Zaman 70-an, kami ingin kegiatan-kegiatan seperti ini menjadi penyambung zaman dari dulu, kini, dan yang akan datang," ujarnya.

Dia meyakini bahwa lagu-lagu dari para musisi legendaris tersebut tidak hanya mewarnai zamannya, tetapi juga tetap relevan dan dinikmati hingga saat ini.

Menbud Fadli menegaskan pentingnya peran musik dalam pemajuan kebudayaan nasional.

“Kita berharap musik ini menjadi satu bagian dari pemajuan kebudayaan yang sangat penting. Dengan kehadiran Kementerian Kebudayaan yang baru pertama berdiri sejak 79 tahun inilah, kita harus banyak dituntut bagaimana bisa mengangkat seluruh objek pemajuan kebudayaan termasuk musik, film, dan juga ekspresi-ekspresi budaya lainnya,” katanya.

Panbers, band legendaris Indonesia yang dibentuk pada 1969 oleh empat bersaudara Panjaitan: Benny Panjaitan (vokal), Doan Panjaitan (gitar), Hans Panjaitan (bass), dan Asido Panjaitan (drum) lewat lagu seperti “Akhir Cinta” dan “Gereja Tua” yang mengajak pendengar untuk merenung tentang cinta, kehilangan, dan kenangan yang tak lekang oleh waktu.

The Rollies, lewat irama penuh energi dalam lagu seperti “Kau Yang Ku Sayang”, memperkenalkan lagu pada masanya begitu populer. The Mercy’s menyentuh hati pendengar lewat lagu-lagu “Tiada Lagi”, yang begitu melekat dalam ingatan lintas generasi.

Tak ketinggalan, Black Selection, dengan lagu “Untukmu Pramuria”, memperkaya khazanah musik Indonesia dengan rasa yang mendalam dan gaya yang berbeda. Lirik-lirik yang puitis, aransemen yang kaya dan penuh eksperimen, serta semangat artistik menjadikan musik era ini sebagai warisan estetik yang tak ternilai.

Acara yang diselenggarakan atas inisiasi Asosiasi Mahasvara Nusantara dan Kementerian Kebudayaan, didukung oleh Pertamina (Persero) ini dibuka dengan penampilan dari The Rollies yang membawakan lagu “Bimbi”, “Astuti”, “Salam Terakhir”, dan “Kemarau”.

Menbud Fadli dalam kesempatan ini juga turut mempersembahkan lagu “Kau yang Ku Sayang” duet bersama The Rollies. Pentas musik dilanjutkan penampilan Panbers, yang membawakan lagu “Gereja Tua”, “Terlambat Sudah”, dan “Pilu” yang berkolaborasi dengan Menbud Fadli. Black Selection dan The Mercy’s Band juga turut menampilkan lagu-lagu terbaiknya.

Sebagai bentuk apresiasi, Menteri Kebudayaan memberikan plakat dan piagam penghargaan berupa piringan emas kepada perwakilan dari keempat grup legendaris atas jejak panjang, dedikasi, dan karya abadi yang telah mengisi ruang-ruang kehidupan.

Memeriahkan acara ini, turut hadir musisi senior, seniman, budayawan, artis, tokoh, dan pejabat, di antaranya Gilang Ramadhan, Dwiki Dharmawan, Dewa Budjana, Thomas Ramdhan, Guntur Soekarno, Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Indonesia, Fahri Hamzah, Jajang C. Noer, Iis Sugianto, Anggota DPD RI, Alfiansyah ‘Komeng’, Putu Supadma Rudana, Yul Utama, Manoj Santani, Daus Separo, Eddie Gunardirdja, dan Ricky Kurniawan.

Sementara itu, dari jajaran Kementerian Kebudayaan turut hadir, di antaranya Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra, Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan; Staf Khusus Menteri Bidang Diplomasi Budaya dan Hubungan Internasional, Anissa Rengganis; Direktur Pemberdayaan Nilai Budaya dan Fasilitasi Kekayaan Intelektual, Yayuk Sri Budi Rahayu, Direktur Pengembangan Budaya Digital, Andi Syamsu Rijal; Direktur Bina Sumber Daya Manusia, Lembaga, dan Pranata Kebudayaan, Irini Dewi Wanti; dan Direktur Warisan Budaya, I Made Dharma Suteja.

Di akhir sambutannya, Menbud Fadli berharap agar kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut ke masa mendatang. Dirinya mengatakan, ke depan Kementerian Kebudayaan berencana untuk terus menyelenggarakan Harmoni Zaman dalam berbagai edisi.

“Mudah-mudahan ke depan juga kita akan menyelenggarakan Harmoni Zaman 80-an, 90-an, nanti mungkin balik lagi ke 60-an, dan lain-lain. Mudah-mudahan kita bisa bersilaturahmi dan juga mengembangkan musik Indonesia untuk semakin dikenal di tengah peradaban dunia sebagaimana amanat konstitusi kita, bagaimana memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia,” katanya.

(Wul)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita celebrity lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement