Perilaku Manusia seperti Anjing Tergambar dalam Lagu Sengkuni Asu-asuan

, Jurnalis
Senin 08 Juli 2019 12:24 WIB
Sri Krishna Encik / Foto : Youtube
Share :

Lagu Sengkuni Asu-asuan karya Sri Krishna Encik yang dibuatnya di album Celeng Dheglenk dinyanyikan di sesi akhir pentas Indonesia Kita ke-32 lakon Celeng Oleng di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat-Sabtu (5-6/7/2019). Sementara di awal pentas, pria yang kerap disapa Encik menyanyikan lagu Celeng Dhegleng untuk membuka acara. 

Baca Juga : Jawa dan Batak Bertemu di Celeng Oleng

Pentas Celeng Oleng berkisah tentang masyarakat di dua kawasan: Kampung Katab (Batak) dan Kampung Awaj (Jawa) geger. Kabar beredar, ada babi hutan alias celeng yang mengganggu ketentraman warga.

Karena meresahkan, masyarakat dipimpin ketua RT (Marwoto) mencoba memburu si celeng. Saking susahnya, pak RT berupaya mencari tahu dari roh leluhur bagaimana cara mengusir celeng. 

Singkat cerita, ketahuan ternyata celeng yang sempat mabuk (oleng) ternyata merupakan isu murahan, kabar jadi-jadian yang diembuskan RT untuk menumbalkan seseorang (agar pergi dari kampung) dan mendapatkan harta karunnya.

Lagu Sengkuni Asu-asuan dan Celeng Dhegleng secara keseluruhan menggambarkan kegundahan Encik mengenai situasi Indonesia sekaligus meringkas juga menyimpulkan seluruh perjalanan lakon Celeng Oleng yang naskahnya terinspirasi oleh lagu ini. “Lagu ini mewakili persoalan banyak orang saat ini seperti berwatak celeng. Lagu ini pernah dikaryasastrakan Romo Sindhunata dan divisualkan oleh Pelukis Joko Pekik,”ujar Encik.

Baca Juga : Pentas Celeng Oleng Ajak Kita Hindari Watak Celeng

Melalui lagu Celeng Dhegleng ini Encik ingin mengajak para penonton masuk dalam ruang refleksi atas kondisi kehidupan yang sedang gencar diserbu oleh beragam isu-isu perpecahan serta retorika politik yang menyesatkan.

Baca Juga : Adu Lucu Dua Komika, Boris dan Akbar di Pentas Celeng Oleng

Sementara lagu Sengkuni Asu-asuan seolah menjadi sarana Encik untuk mengumpat, mengeluarkan sumpah serapah karena saking jengkelnya dengan kekisruhan yang dibuat oleh orang-orang yang maunya menang sendiri dan rakus akan kekayaan. Lagu Sengkuni Asu-asuan ini juga bisa ditafsirkan sebagai pembongkaran kedok para politikus kotor yang mengambil strategi seperti layaknya anjing.

Ada satu kebiasaan di kalangan asu (Jawa) atau anjing. Bila seekor anjing menyalak atau menggonggong, maka temannya pun akan ikut menggonggong entah dia di posisi dekat atau jauh dengan si penggonggong pertama.

Baca Juga : Celeng Dheglenk Sri Krishna Encik di Pentas Indonesia Kita ke-32

Gonggongan itu juga berkelanjutan ke anjing-anjing yang lain. Hal yang sama terjadi ketika seorang politisi mengungkapkan satu pernyataan yang biasanya berupa penilaian negatif, celaan pada pemerintah yang sedang berkuasa maka politisi lain akan menimpali. Selanjutnya diteruskan oleh politisi yang lain.

Parahnya lagi, kondisi demikian memang disetting atau direncanakan. Untuk apa? untuk menggalang opini yang sebagian besar menyudutkan salah satu pihak. 

Jadi, rasanya tepat bila Encik mengambil tokoh wayang Sengkuni. Dialah simbol keculasan, pribadi yang mau menggunakan segala macam cara kotor untuk merebut kekuasaan. Sengkuni sedang berlaku anjing-anjingan (asu-asuan), kata Encik.

(ABD)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Celebrity lainnya